Sunday, April 19, 2009

Mengekal Semangat Profesional Islam


Telah kupilih jalanMu
Jalan yang mendekatkan aku padaMu
Jalan orang-orang yang beriman dan beramal soleh
Dan aku yakin sebenar-benarnya
Cintaku padaMu takkan pernah dikecewakan

Namun Tuhan,
Ampuni aku,
Fitrah hati ini terlalu berat untuk kubuang
Terlalu pahit untuk ditelan
Tapi terus-terusan aku gagahkan
Demi menggapai cintaMu Yang Esa

Bantulah aku Tuhan
Jika rinduku ini imaginasi syaitan
Dan kuminta ia dilenyapkan
Andai kasihku berlandaskan nafsu
Kumohon matikanlah rasa cinta yang belum tentu jadi milikku

Tolonglah aku Tuhan
Untuk mengisi bejana cintaku untukMu
Agar aku takkan pernah dahagakan
Cinta dari insan yang tak halal bagiku
Teguhkan kasihku untukMu
Agar aku tak kecundang dijajah cinta yang dusta
Yang menjadi hijab di antara kita
Tetapkan langkahku di jalan ini

Gagahkan aku Tuhan
Untuk menenggelamkan kapal cinta manusia
Walau ia se'gah' bahtera 'Titanic'
Tetapku pinta ia karam
Jika belayar ia di lautan dosa

Dan kumohon Tuhan
Damaikanlah ombak di hati
Walaupun ribut datang mengundang
Kasihku diikat di dasar Rabbi
Kerana ianya lumrah ujian..
Dan akan kuterus tekadkan janji
Kerana telah kupilih jalanMu.

Diambil dedikasi di atas drpd email yg diterima drpd sahabat.

Membangkitkan Semangat Sang Murabbi.

Terima Kasih kpd sahabatku ( Mat Zan ) yg sudi memberi 'semangat' utk menonton cerita Sang Murabbi, semangat Allahyarham Ustaz Rahmat Abdullah akan terus mengalir dalam darah diri ana, buat semua kader2 dakwah antum disemua diseru untuk menonton cerita ini untuk mencari ' spirit yg hilang '.


'' AKU BAKAL MENGGEGARKAN DUNIA DENGAN SEMANGAT SANG MURABBI''

''DENGAN PEMIKIRAN MUS'AB IBN UMAIR & PEMIKIRAN UMAR IBN KHATTAB AKAN AKU CETUSKAN BI'AH ISLAM DI BUMI INI''

( Coretan di atas ialah tulisan penulis Blog )

Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negri kau sambangi
Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negri kau sambangi

Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu

Terik matahari
Tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai
Tak lunturkan azzammu

Raga kan terluka
Tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia
Tak silaukan pandangmu

Semua makhluk bertasbih
Panjatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdoa
Limpahkan rahmat atasmu

Duhai pewaris nabi
Duka fana tak berarti
Surga kekal dan abadi
Balasan ikhlas di hati

Cerah hati kami
Kau semai nilai nan suci
Tegak panji Illahi
Bangkit generasi Robbani..

KH Rahmat Abdullah (In Memoriam)

PKS Online: KH Rahmat Abdullah dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 3 Juli 1953. Putra kedua dari 4 (empat) bersaudara ini hidup dari keluarga asal Betawi yang sederhana dan taat beragama. Pada usia 11 tahun ia harus menapaki hidupnya tanpa asuhan sang ayah, saat itu ia mulai berstatus sebagai seorang anak yatim.

Awal pendidikan resminya, disamping dididik oleh kedua orangtuanya, ia memasuki sebuah perguruan Islam yang terkenal di Jakarta, Perguruan Asy-Syafi'iyah bimbingan KH Abdullah Syafi'i (tokoh Islam yang berwibawa di kota ini) hingga menamatkan sekolah tingkat Aliyah (tingkat menengah) dengan prestasi yang gemilang.

Rahmat Abdullah muda sangat berbeda dengan kaum remaja seusianya pada saat itu. Ia taat beribadah, disamping mempunyai karakter dan akhlaq yang mulia. Hari-harinya dihabiskan untuk belajar, membaca dan membaca. Bahkan di usianya yang sangat muda, ia telah memposisikan dirinya sebagai guru ditempat ia menuntut ilmu.

Dunia ilmu adalah dunia yang sangat melekat dalam dirinya. Kegemarannya membaca al Qur'an dan aneka buku membuat ia jauh lebih cepat matang dibandingkan dengan remaja-remaja lain pada umumnya.Di saat inilah ia banyak membaca pikiran-pikiran para tokoh perjuangan, seperti HOS Cokro Aminoto, Moh. Natsir, Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, Maududi dan tokoh-tokoh lainnya.Di samping ia tetap menekuni kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai warisan sejarah.

Kebersihan jiwanya telah mengantarkan Rahmat Abdullah menjadi pemuda pembelajar cepat yang sangat cemerlang seperti sebuah lautan ilmu tanpa menyandang gelar. Ia perpaduan antara khazanah ilmu-ilmu keislaman klasik dan pandangan Islam modern yang tidak dimiliki oleh banyak orang yang berlabel sang ustadz.

Dunia seni dan sastra sebagai media komunikasi budaya juga merupakan bagian bagi dirinya yang tak pernah lepas. Antara bakat dan semangat yang telah melekat. Ia gemar dzikir dan fikir, membaca fenomena alam yang kemudian diekspresikan dalam bentuk produk seni, seperti puisi, esai, butir-butir nasyid dan naskah drama. Oleh karena itulah banyak orang cenderung menjulukinya sebagai seorang “budayawan”.

Sebagai da’i sejati, ia habiskan waktu, tenaga serta pikirannya untuk kegiatan da’wah. Siang dan malam dilaluinya pengajian demi pengajian tanpa mengenal lelah dan keluh kesah. Ia menjadi tempat anak-anak muda berkonsultasi, berbagi rasa, curahan hati tanpa ada batas waktu “pelayanan ummat”. Itulah peran yang ia mainkan hingga kini.

Sebagai seorang Muballigh, ia dikenal memiliki karakter yang khas. Kemampuan retorika tinggi yang dihiasi oleh sentuhan sastra yang unik, acap kali membuat para pendengar menangis sebagaimana kemampuan ia membangkitkan semangat yang menggelora ketika ia mengangkat isu tentang jihad.

Beliau juga aktif mengisi ceramah di radio dan televisi. Beliau adalah pengisi rutin rubrik “Titik Pandang Rahmat Abdullah” di Radio Dakta Bekasi setiap Sabtu jam 06.30 WIB. Di radio ini pula beliau menggagas rubrik SAMARA yang disiarkan setiap malam Rabu.

Sebagai seorang penulis, beliau aktif menulis buku dan mengisi rubrik di beberapa majalah Islam, seperti majalah Sabili, Islah, Saksi, Ummi, dan Tarbawi. Di majalah yang disebutkan terakhir inilah, beliau secara rutin mengisi rubrik Asasiyat yang kemudian oleh Pustaka Dakwatuana diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul “Untukmu Kader Dakwah” pada tahun 2005.

Awal tahun 80-an, ia memasuki dunia harokah Islamiyah yang pada saat itu mulai tumbuh di Indonesia hingga menghantarkan beliau sebagai pakar dalam bidang Tarbiyah, majalah Sabili pernah memberinya gelar “Syaikh at Tarbiyah” pada tahun 2001. Dengan bermodalkan sepeda motor tua ia masuk kampung keluar kampung, masuk kampus keluar kampus menabur fikrah Islamiyah yang shahih dan syamil. Fikrah Ikhwanul Muslimin yang didistribusikan ternyata mendapat sambutan yang hangat dari berbagai kalangan yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya PKS.

Awal tahun 90 beliau memasuki pengembangan dunia pendidikan dan sosial secara formal, sebagai wujud dari kepeduliannya terhadap lingkungan. Ia mendirikan ISLAMIC CENTER IQRO’ yang bergerak dalam bidang pendidikan, sosial dan da’wah di wilayah Bekasi, Jawa Barat. Di sinilah ia menetap dan disinilah ia berekspresi mengembangkan cita-citanya melalui kajian kitab-kitab klasik setiap Ahad pagi.

Proses perjalanan da’wah yang panjang akhirnya telah menggiringnya pada keterlibatan dalam dunia politik yang kini ia geluti. Partai Keadilan yang kemudian berubah menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), adalah bagian dari dirinya. Ia salah satu pendiri dari partai yang berbasis islam intelektual itu.

Posisi tertinggi dalam partai, yang pada saat ini diperhitungkan itu, telah dicapainya. Sebagai bentuk kepercayaan penduukung terhadapnya. Disamping ia menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) dan Majelis Syuro, iapun menjabat sebagai anggota DPR-RI (parlemen).

Hari-harinya diwarnai oleh kesibukan yang luar biasa. Mengajar, ceramah di berbagai stasiun radio dan televisi, mengisi seminar-seminar keislaman di berbagai daerah dan luar negeri, menulis artikel di sejumlah media cetak, disamping melakukan tugas lobby politik dengan berbagai kalangan.

Di akhir hayatnya, beliau masih sempat mengikuti rapat Lembaga Tinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Selasa (14 Juni 2005) di Gedung Kindo Duren Tiga Jakarta Selatan yang dimulai ba’da Ashar sekitar jam 16.30 WIB. tak ada tanda-tanda kalau beliau sedang sakit. Wajahnya cerah seperti biasa. Namun, ketika beliau wudhu untuk menunaikan shalat Maghrib, beliau merasakan sakit di sekitar kepalanya. Beliau sempat diperikas dr. Agus Kushartoro, Direktur Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Ia dinyatakan terkena stroke. Sempat dibawa ke rumah sakit Triadipa Pancoran, akan tetapi karena peralatannya kurang memadai, beliau lalu dibawa ke rumah sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta. Namun di tengah perjalanan, beliau dipanggil Allah Swt. Beliau wafat dalam usia 52 tahun, meninggalkan satu istri dan tujuh orang anak.

SELAMAT JALAN MUJAHID DAKWAH. MURIDMU, KADER-KADERMU AKAN MENERUSKAN CITA-CITA DAN PERJUANGANMU.

(Syamsu Hilal/Novri)





No comments: